Selasa, 16 November 2010
PUISI DAN SAJAK CHAIRIL ANWAR
MULUTMU MENCUBIT DI MULUTKU
Mulutmu mencubit di mulutku
Menggelegak benci sejenak itu
Mengapa merihmu tak kucekik pula
Ketika halus perih kau meluka??
AKU
Kalau sampai waktuku
Ku mau tak seorang 'kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulanya terbuan
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari,hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi
DERAI DERAI CEMARA
Cemara menderai sampai jauh
Terasa hari akan jadi malam
Ada beberapa dahan di tingkap merapuh
Dipukul angin yang terpendam
Aku sekarang orangnya bisa tahan
Sudah berapa waktu bukan kanak lagi
Tapi dulu memang ada suatu bahan
Yang bukan dasar perhitungan kini
Hidup hanya menunda kekalahan
Tambah terasing dari cinta sekolah rendah
Dan tahu,ada yang tetap tidak diucapkan
Sebelum pada akhirnya kita menyerah
DOA
Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut namaMu
Biar susah sungguh
Mengingat kau penuh seluruh
CayaMu panas suci
Tinggal kerdip lilin di kelam sunyi
Tuhanku
Aku hilang bentuk remuk
Tuhanku
Aku mengembara di negeri asing
Tuhanku
di pintuMu aku mengetuk
Aku tidak bisa berpaling
SENJA DI PELABUHAN KECIL
Ini kali tidak ada yang mencari cinta diantara gudang,rumah tua,pada cerita tiang serta temali.Kapal,perahu tiada berlaut menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut
Gerimis mempercepat kelam.Ada juga kelepak elang menyinggung muram,desir hari lari berenang menemu bujuk pangkal akanan.Tidak bergerak dan kini tanah dan air tidur hilang ombak
Tiada lagi.Aku sendiri.Berjalan menyisir semenanjung,masih pengap harap sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan dari pantai keempat,sedu penghabisan bisa terdekap
TAMAN
Taman punya kita berdua tak lebar luas,kecil saja,satu tak kehilangan lain dalamnya.Bagi kau dan aku cukuplah.Taman kembangnya tak berpuluh warna.Padang rumputnya tak berbanding permadani halus lembut dipijak kaki.Bagi kita bukan halangan.Karena,dalam taman punya berdua.Kau kembang,aku kumbang...aku kumbang kau kembang.Kecil,penuh surya taman kita,tempat merenggut dari dunia dan 'nusia
KRAWANG-BEKASI
Kami yang kini terbaring antara Krawang-Bekasi
tidak bisa teriak 'Merdeka' dan angkat senjata lagi
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami,terbayang kami maju dan berdegap hati?
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda,yang tinggal tulang diliputi debu
Kenang,kenanglah kami
Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai,belum apa apa
Kami sudah beri kami punya jiwa
Kerja belum selesai,belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa
Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan
Ataukah jiwa kami melayang untuk kemerdekaan,kemenangan dan harapan,atau tidak untuk apa-apa
Kami tidak tahu,kami tidak lagi bisa berkata
Kaulah sekarang yang berkata
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kenang,kenanglah kami
Teruskan,teruskan jiwa kami
Menjaga Bung Karno
Menjaga Bung Hatta
Menjaga Bung Sjahrir
Kami sekarang mayat
Berilah kami arti
Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian
Kenang,kenanglah kami yg tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara Krawang-Bekasi
NISAN
Bukan kematian benar menusuk kalbu
Keridlaanmu menerima segala tiba
Tak kutahu setinggi itu atas debu
Dan duka maha tuan bertakhta
YANG TERAMPAS DAN YANG PUTUS
Kelam dan angin lalu mempesiang diriku,menggigir juga ruang dimana dia yang kuingin,malam tambah merasuk,rimba jadi semati tugu
Di Karet,di Karet...sampai juga deru dingin
Aku berbenah dalam kamar,dalam diriku jika kau datang
Dan aku bisa lagi lepaskan kisah baru padamu;tapi kini hanya tangan yang bergerak lantang,tubuhku diam dan sendiri,cerita dan peristiwa berlalu beku
SELAMAT TINGGAL
Aku berkaca
Ini muka penuh luka
Siapa punya?
Kudengar seru menderu
-dalam hatiku?-
Apa hanya angin lalu?
Lagu lain pula
Menggelepar tengah malam buta
Ah...!!
Segala menebal,segala mengental
Segala tak kukenal
Selamat tinggal...!!!
CATETAN TH.1946
Ada tanganku,sekali akan jemu terkulai
Mainan cahya di air hilang bentuk dalam kabut
Dan suara yang kucintai 'kan berhenti membelai
Kupahat batu nisan sendiri dan kupagut
Kita,anjing diburu,hanya melihat sebagian dari sandiwara sekarang
Tidak tahu Romeo dan Juliet berpeluk di kubur atau di ranjang
Lahir seorang besar dan tenggelam beratus ribu
Keduanya harus dicatet,keduanya dapat tempa
Dan kita nanti tiada sawan lagi diburu
Jika bedil sudah disimpan,cuma kenangan berdebu
Kita memburu arti atau diserahkan kepada anak lahir sempat
Karena itu jangan mengerdip,tatap dan penamu asah
Tulis karena kertas gersang,tenggorokan kering sedikit mau basah!
PENGHIDUPAN
Lautan maha dalam
mukur dentur selama
nguji tenaga pematang kita
mukul dentur selama
hingga hancur remuk redam
Kurnia Bahgia
kecil setumpuk
sia-sia dilindung,sia-sia dipupuk
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar